Minggu, 29 November 2015

Kau dan Aku

 
Kadang aku bingung, aku harus memulai cerita ini dari mana. Sebab terlalu banyak kenangan. Terlalu banyak hal yang pernah kita lewati. Terlalu banyak kata sayang yang terucap. Terlalu banyak pula perhatian yang tercurah. aku tak menyesal akan semua hal itu. Tapi yang aku sesali ketika semua itu harus berakhir. Ketika semua itu harus berhenti sampai disini. Seakan-akan aku tak percaya. Benar-benar tidak percaya. Tapi itulah kenyataan. Dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya diam. Menahan luka. Menahan sesak di dada. Kadang aku berfikir. Mengapa?.  Mengapa semakin aku berharap lebih jauh. Semakin cepat pula semua itu berakhir. Saat itu aku hanya berharap. Dan tentu saja berdo’a. Agar cerita ku kali ini baik-baik saja. Tapi tak terduga. Sehari setelah aku mengucapkan harapan ku. Apa yang ku fikirkan terjadi. Dan berakhir... benar-benar berakhir. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku berfikir itu hanya mimpi. Tapi saat aku terbangun di pagi hari. Sudah tidak ada lagi kata sayang yang terucap. Tidak ada lagi perhatian yang dulu selalu ku lakukan dan ku dapatkan dari  mu. ya.. berakhir... ini benar-benar berakhir. Aku berusaha untuk menerima keputusan mu. untuk meninggalkan ku. Dan yaa.. aku menerima. Tapi apa kau tau. Saat aku mengatakan bahwa aku ikhlas. Hati ku sangat perih. Entah mengapa. Tapi memang itu yang ku rasakan. Tapi setidak nya. Aku harus terlihat bai-baik saja untuk itu. Walaupun sebenarnya tidak. Karna larut dalam kesedihan sangatlah menyiksa ku. Aku mengingat. Seakan baru hari kemarin aku berkata. Bahwa aku cukup siap siaga. Apapun yang akan terjadi antara kau dan aku. Dan sekarang sudah terjadi. Cerita kita sudah berakhir. Tak genap hitungan bulan. Kau memutuskan untuk berhenti. Berhenti berjalan dengan ku.  “ aku menyayangimu, untuk saat ini”. Kata itu yang terakhir kau ucapkan. Jika untuk saat ini. Lalu bagaimana dengan esok dan lusa. Pertanyaan itu yang terbesit dalam hatiku. Tapi aku tak bisa mengatakan nya. Lalu kata pisah pun terdengar. Kau mengatakan bahwa kau sudah tak bisa lagi dengan ku.  Kau tau?. Bagaimana perasaan ku saat itu?. Tentu saja tidak. Ya... sakit.. sangat sakit. Kau terdengar begitu santai saat mengucapkan nya. Kata-kata itu keluar tanpa beban. Seolah-olah tak terjadi apapun. Tapi kau tak tau bukan?. Berapa banyak airmata ku yang berderai. Untuk mu?. tidak kau tak tau. Dan tak akan pernah tau. Mungkin memang benar. Jarak kita yang begitu jauh. Sulit bagi kita untuk bertemu. Tapi bukan berarti kata pisah adalah pilihan terakhir. Tanpa sebab. Kau memilih untuk mengakhiri cerita kita. Bukan kah jarak itu untuk menguji hubungan seseorang?. Tapi kenapa kali ini. Cerita ku harus direnggut oleh jarak dan waktu.? Yaa... aku menyadari. Aku tidak ingin membuatmu tersiksa. Dan mungkin benar. Berpisah adalah pilihan yang terbaik. Namun. Kadang aku menyesal. Kenapa dulu kita harus memulai. Seharusnya dulu tak pernah ada kata “kita”.  Jika pada akhirnya kita tak sanggup bertahan lama. Seharusnya tak pernah terucap kata sayang. Jika diantara kita pada akhirnya menyerah. Menyerah untuk waktu yang singkat. Tapi aku sadar. Apa yang telah terjadi. Tidak perlu disesali.  Terima kasih untukmu. Terima kasih karna kau telah mengisi hari-hari ku yang sepi. Terima kasih kau telah singgah dalam hatiku. Terima kasih atas waktu mu yang singkat ini. Dan.... satu kalimat terakhir yang akan ku ucap... aku menyayangi mu. selamat tinggal... ingatlah. Aku selalu disini untuk mu. tapi jika dengan cara aku harus menjauh dari hidup mu. membuatmu nyaman. Maka ku akan pergi... aku pergi... maaf,,, maaf telah membuat mu tersiksa. Tersiksa dengan kehadiran ku. Mulai saat ini . aku akan menjalani kehidupan ku. Dan tanpa dirimu. Tanpa mengingat mu jika aku bisa. Dan aku anggap waktu kita yang singkat itu. Hanya sebatas pariwara. Aku akan pergi.. seperti yang kau ingin kan. Jika nanti waktu menginginkan kita kembali. Maka aku akan kembali untuk mu. jangan khawatir.. sampai saat ini... aku masih setia dengan keadaan ku... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar